Botol Minum Plastik Sekali Pakai (PET)
1. Tujuan Studi
Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai potensi dampak lingkungan dari penggunaan botol plastik sekali pakai berbahan PET (Polyethylene Terephthalate) sebagai wadah air minum rumah tangga.
Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi sumber utama emisi karbon, penggunaan energi, serta limbah padat yang dihasilkan sepanjang siklus hidup botol, dan sebagai dasar untuk mengusulkan perbaikan desain atau sistem pengelolaan yang lebih berkelanjutan.
2. Unit Fungsional
Unit fungsional:
“1 liter air minum yang dikonsumsi menggunakan botol plastik PET berkapasitas 600 ml.”
Artinya, untuk memenuhi konsumsi 1 liter air, dibutuhkan sekitar dua botol 600 ml. Unit ini dipilih agar dapat dibandingkan dengan alternatif lain (misalnya botol isi ulang atau galon air 19L).
3. Lingkup Studi (Scope)
Pendekatan siklus hidup: Cradle-to-grave
Tahapan yang dianalisis:
-
Ekstraksi dan pemrosesan bahan baku (minyak bumi menjadi resin PET)
-
Manufaktur botol plastik (pembuatan preform dan blowing)
-
Distribusi ke pasar (transportasi darat)
-
Konsumsi (penggunaan oleh konsumen)
-
Pembuangan akhir (TPA atau daur ulang)
Batas sistem:
Termasuk proses ekstraksi bahan baku, energi produksi, dan transportasi antartahap.
Dikecualikan: proses produksi air minum, aktivitas daur ulang pasca-konsumen di luar sistem formal, dan transportasi konsumen ke tempat pembelian.
Asumsi utama:
-
Masa pakai: sekali pakai (<1 hari)
-
Proporsi pembuangan: 70% TPA, 20% daur ulang, 10% bocor ke lingkungan
-
Jarak distribusi rata-rata: 500 km (truk diesel)
-
Energi listrik produksi: berbasis fosil
4. DIAGRAM SISTEM + BATAS SISTEM
5. INVENTARIS AWAL INPUT–OUTPUT UTAMA
| Tahap | Input Utama | Output Utama |
|---|---|---|
| Produksi resin PET | Minyak bumi (naphta/ethylene), bahan kimia proses, energi (gas/ listrik), air | Resin PET, emisi CO₂, limbah proses, limbah cair |
| Manufaktur botol (blow molding) | Listrik (mesin), air pendingin, resin PET (12 g/botol), bahan pengepakan | Botol kosong, emisi CO₂ (elektrik), limbah plastik scrap |
| Pengisian & Pengepakan | Energi (listrik), air untuk produksi minuman (tidak terhitung), botol kosong, tutup, label, karton | Botol berisi, limbah kemasan (label/tutup), emisi proses |
| Distribusi | Solar/bahan bakar diesel (truk), kemasan pallet | Emisi transport (CO₂, NOₓ), keausan jalan |
| Penggunaan | Konsumsi air; (energi pendinginan konsumen di luar batas) | Botol bekas |
| Pembuangan akhir | Pengumpulan limbah, sorting (jika ada), pengolahan TPA atau fasilitas insinerasi, fasilitas daur ulang | Sampah plastik di TPA (metana dari sampah organik, tapi plastik tidak mudah terurai), emisi pembakaran (jika insinerasi), material daur ulang (jika berhasil disortir) |
6. Catatan Awal dan Implikasi Keberlanjutan
Hasil inventaris awal menunjukkan bahwa tahap ekstraksi dan produksi PET memiliki kontribusi tertinggi terhadap emisi karbon dan penggunaan energi. Tahap pembuangan menimbulkan dampak jangka panjang berupa akumulasi limbah plastik dan potensi mikroplastik di lingkungan.
Langkah mitigasi yang dapat dipertimbangkan meliputi:
-
Penggunaan bahan daur ulang (rPET) untuk mengurangi kebutuhan bahan baku baru.
-
Pengembangan sistem isi ulang (refill system) dan peningkatan infrastruktur daur ulang.
-
Pengurangan jarak distribusi melalui produksi lokal.
-
Edukasi konsumen untuk mendorong perilaku Reduce–Reuse–Recycle.
Referensi
-
UNEP (2020). Single-use Plastics: A Roadmap for Sustainability.
-
Ellen MacArthur Foundation (2021). Circular Economy and Plastics.
-
Coca-Cola Company (2023). Sustainability Progress Report.
-
Modul LCT – Ekologi Industri, Program Studi Teknik Lingkungan (2024).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar