Ekologi Industri Wisnu Prasetyo Aji (A10)
Kamis, 06 November 2025
Tugas Terstruktur 06
Botol Minum Plastik Sekali Pakai (PET)
1. Tujuan Studi
Tujuan dari studi ini adalah untuk menilai potensi dampak lingkungan dari penggunaan botol plastik sekali pakai berbahan PET (Polyethylene Terephthalate) sebagai wadah air minum rumah tangga.
Analisis dilakukan untuk mengidentifikasi sumber utama emisi karbon, penggunaan energi, serta limbah padat yang dihasilkan sepanjang siklus hidup botol, dan sebagai dasar untuk mengusulkan perbaikan desain atau sistem pengelolaan yang lebih berkelanjutan.
2. Unit Fungsional
Unit fungsional:
“1 liter air minum yang dikonsumsi menggunakan botol plastik PET berkapasitas 600 ml.”
Artinya, untuk memenuhi konsumsi 1 liter air, dibutuhkan sekitar dua botol 600 ml. Unit ini dipilih agar dapat dibandingkan dengan alternatif lain (misalnya botol isi ulang atau galon air 19L).
3. Lingkup Studi (Scope)
Pendekatan siklus hidup: Cradle-to-grave
Tahapan yang dianalisis:
-
Ekstraksi dan pemrosesan bahan baku (minyak bumi menjadi resin PET)
-
Manufaktur botol plastik (pembuatan preform dan blowing)
-
Distribusi ke pasar (transportasi darat)
-
Konsumsi (penggunaan oleh konsumen)
-
Pembuangan akhir (TPA atau daur ulang)
Batas sistem:
Termasuk proses ekstraksi bahan baku, energi produksi, dan transportasi antartahap.
Dikecualikan: proses produksi air minum, aktivitas daur ulang pasca-konsumen di luar sistem formal, dan transportasi konsumen ke tempat pembelian.
Asumsi utama:
-
Masa pakai: sekali pakai (<1 hari)
-
Proporsi pembuangan: 70% TPA, 20% daur ulang, 10% bocor ke lingkungan
-
Jarak distribusi rata-rata: 500 km (truk diesel)
-
Energi listrik produksi: berbasis fosil
4. DIAGRAM SISTEM + BATAS SISTEM
5. INVENTARIS AWAL INPUT–OUTPUT UTAMA
| Tahap | Input Utama | Output Utama |
|---|---|---|
| Produksi resin PET | Minyak bumi (naphta/ethylene), bahan kimia proses, energi (gas/ listrik), air | Resin PET, emisi CO₂, limbah proses, limbah cair |
| Manufaktur botol (blow molding) | Listrik (mesin), air pendingin, resin PET (12 g/botol), bahan pengepakan | Botol kosong, emisi CO₂ (elektrik), limbah plastik scrap |
| Pengisian & Pengepakan | Energi (listrik), air untuk produksi minuman (tidak terhitung), botol kosong, tutup, label, karton | Botol berisi, limbah kemasan (label/tutup), emisi proses |
| Distribusi | Solar/bahan bakar diesel (truk), kemasan pallet | Emisi transport (CO₂, NOâ‚“), keausan jalan |
| Penggunaan | Konsumsi air; (energi pendinginan konsumen di luar batas) | Botol bekas |
| Pembuangan akhir | Pengumpulan limbah, sorting (jika ada), pengolahan TPA atau fasilitas insinerasi, fasilitas daur ulang | Sampah plastik di TPA (metana dari sampah organik, tapi plastik tidak mudah terurai), emisi pembakaran (jika insinerasi), material daur ulang (jika berhasil disortir) |
6. Catatan Awal dan Implikasi Keberlanjutan
Hasil inventaris awal menunjukkan bahwa tahap ekstraksi dan produksi PET memiliki kontribusi tertinggi terhadap emisi karbon dan penggunaan energi. Tahap pembuangan menimbulkan dampak jangka panjang berupa akumulasi limbah plastik dan potensi mikroplastik di lingkungan.
Langkah mitigasi yang dapat dipertimbangkan meliputi:
-
Penggunaan bahan daur ulang (rPET) untuk mengurangi kebutuhan bahan baku baru.
-
Pengembangan sistem isi ulang (refill system) dan peningkatan infrastruktur daur ulang.
-
Pengurangan jarak distribusi melalui produksi lokal.
-
Edukasi konsumen untuk mendorong perilaku Reduce–Reuse–Recycle.
Referensi
-
UNEP (2020). Single-use Plastics: A Roadmap for Sustainability.
-
Ellen MacArthur Foundation (2021). Circular Economy and Plastics.
-
Coca-Cola Company (2023). Sustainability Progress Report.
-
Modul LCT – Ekologi Industri, Program Studi Teknik Lingkungan (2024).
Selasa, 04 November 2025
Tugas Mandiri 06
1. Sumber Primer ISO 14040
ISO 14040 menjelaskan kerangka dan prinsip dalam melakukan Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan LCA adalah untuk menilai dampak lingkungan dari suatu produk mulai dari ekstraksi bahan baku hingga akhir masa pakai (cradle to grave).
Konsep penting dalam LCA meliputi:
-
Goal and Scope Definition: Menetapkan tujuan studi dan batas sistem (dari bahan baku, produksi, distribusi, penggunaan, hingga pembuangan).
-
Functional Unit: Menentukan satuan fungsi produk yang diukur (misalnya, 1 botol sabun cair 450 ml).
-
Life Cycle Inventory (LCI): Mengidentifikasi semua input (energi, air, bahan kimia) dan output (limbah, emisi).
-
Impact Assessment: Mengevaluasi dampak terhadap lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca, penggunaan energi, dan pencemaran air.
-
Interpretation: Menarik kesimpulan dan rekomendasi untuk pengurangan dampak lingkungan.
2. Observasi Produk Nyata
-
Nama produk: Sabun mandi cair Lifebuoy 450 ml
-
Fungsi utama: Membersihkan tubuh dari kotoran dan bakteri serta memberikan aroma segar.
3. Tabel Input–Output Produksi
4. Refleksi Singkat
Dari observasi ini, saya belajar bahwa sebuah produk sederhana seperti sabun cair ternyata memiliki rantai proses yang panjang dan kompleks, dengan dampak lingkungan pada setiap tahapnya. Mulai dari penanaman kelapa sawit hingga pembuangan kemasan plastik, semuanya berkontribusi terhadap emisi dan pencemaran. Saya menyadari bahwa sebagian besar dampak berasal dari penggunaan bahan kimia sintetis dan kemasan sekali pakai.
Produk ini dapat dimodifikasi agar lebih ramah lingkungan dengan mengganti bahan baku menjadi minyak nabati berkelanjutan, menggunakan bahan biodegradable, dan menerapkan sistem isi ulang (refill system). Sebagai konsumen, saya berperan penting dalam memilih produk dengan label ramah lingkungan, menghemat pemakaian, serta mendaur ulang kemasan. Dengan keputusan kecil yang konsisten, kita bisa membantu mengurangi beban lingkungan dari siklus hidup produk sehari-hari.
Tugas Mandiri 05
1.Identifikasi Produk
-
Nama produk: Sabun mandi cair Lifebuoy 450 ml
-
Fungsi utama: Membersihkan tubuh dari kotoran, minyak, dan bakteri, serta memberikan aroma segar pada kulit.
-
Perkiraan masa pakai: Sekitar 1–2 bulan tergantung frekuensi pemakaian.
2. Fase-Fase Siklus Hidup Produk
-
Ekstraksi bahan baku:
Bahan utama sabun seperti minyak kelapa sawit, bahan kimia sintetis (surfaktan, pewangi, pengawet), dan air diperoleh melalui proses pertanian serta industri kimia. -
Proses produksi:
Bahan baku dicampur, dipanaskan, dan diproses dalam pabrik untuk menghasilkan sabun cair. Kemudian dikemas dalam botol plastik PET atau HDPE. -
Distribusi dan transportasi:
Produk dikirim dari pabrik ke gudang distribusi, toko, dan konsumen menggunakan kendaraan logistik. -
Penggunaan oleh konsumen:
Digunakan untuk mandi setiap hari, menghasilkan air bekas sabun (limbah cair rumah tangga). -
Pengelolaan limbah / akhir masa pakai:
Setelah sabun habis, kemasan plastik biasanya dibuang, sebagian kecil dapat didaur ulang, tetapi sebagian besar menjadi limbah padat.
3. Analisis Potensi Dampak Lingkungan
| Fase | Potensi Dampak Lingkungan |
|---|---|
| Ekstraksi bahan: baku | Penebangan hutan untuk perkebunan kelapa sawit; emisi CO₂; degradasi tanah dan kehilangan keanekaragaman hayati. |
| Produksi: | Konsumsi energi tinggi; penggunaan bahan kimia; potensi limbah cair pabrik; penggunaan air besar. |
| Distribusi: | Emisi dari transportasi; penggunaan bahan bakar fosil. |
| Penggunaan: | Air limbah mengandung surfaktan dan bahan kimia yang dapat mencemari sungai jika tidak diolah dengan baik. |
| Akhir masa pakai: | Kemasan plastik sulit terurai; jika dibuang sembarangan dapat mencemari tanah dan laut; potensi daur ulang tergantung jenis plastik. |
4. Refleksi Pribadi
Dari observasi ini, saya mengetahui bahwa sabun mandi, yang terlihat sederhana dan rutin digunakan setiap hari, ternyata memiliki rantai dampak lingkungan yang cukup kompleks. Proses awal dari bahan baku, terutama minyak kelapa sawit, memiliki implikasi besar terhadap deforestasi dan kehilangan habitat satwa. Selain itu, air limbah rumah tangga yang mengandung sisa sabun dapat berkontribusi pada pencemaran air jika tidak ditangani oleh sistem pengolahan limbah.
Sabun cair sebenarnya bisa didesain ulang agar lebih ramah lingkungan, misalnya dengan mengganti bahan kimia sintetis menjadi bahan alami dan biodegradable, serta menggunakan kemasan isi ulang atau botol dari bahan daur ulang. Produsen juga bisa mengembangkan sistem “refill station” agar konsumen dapat mengisi ulang sabun tanpa membeli kemasan baru.
Sebagai konsumen, saya dapat berperan dengan memilih produk berlabel ramah lingkungan, menghemat penggunaan sabun, dan membeli kemasan isi ulang. Saya juga bisa memilah botol bekas sabun agar tidak langsung dibuang ke lingkungan. Langkah sederhana ini bisa membantu mengurangi dampak negatif dari siklus hidup produk sabun terhadap bumi.
Rabu, 29 Oktober 2025
Tugas Terstruktur 05
1. Diagram Siklus Hidup Produk
Produk: Botol Minum Plastik Sekali Pakai (bahan utama: PET – Polyethylene Terephthalate)
Rincian Tahapan dan Proses Utama
Batas Sistem
Analisis ini mencakup:
-
Energi dan bahan dari ekstraksi bahan baku hingga pembuangan.
-
Transportasi antar tahap (pabrik–distributor–retail).
-
Tidak mencakup dampak penggunaan air dalam minuman (fokus pada kemasan).
-
Skenario disposal: 70% TPA, 20% daur ulang, 10% bocor ke lingkungan.
-
Masa pakai produk: sekali pakai (±1 hari).
2. Narasi Analisis
Produk yang dianalisis adalah botol minum plastik sekali pakai berbahan PET (Polyethylene Terephthalate). Produk ini dipilih karena penggunaannya sangat luas dan memiliki kontribusi besar terhadap timbunan sampah plastik global. Menurut laporan National Geographic (2022), lebih dari satu juta botol plastik dibeli setiap menit di seluruh dunia, namun hanya sekitar 20–25% yang berhasil didaur ulang. Dengan demikian, botol PET menjadi contoh nyata bagaimana konsumsi modern dapat berdampak besar terhadap lingkungan apabila tidak dikelola secara berkelanjutan.
Batas Sistem dan Pendekatan Analisis
Analisis ini menggunakan pendekatan cradle-to-grave, mencakup tahap ekstraksi bahan baku hingga pengelolaan limbah akhir. Fokus utama adalah kemasan plastik, bukan isi minuman. Transportasi antar-tahap dan penggunaan energi listrik dalam produksi dimasukkan dalam sistem karena memiliki kontribusi besar terhadap emisi karbon. Namun, kegiatan pasca-pembuangan seperti pembersihan lingkungan laut tidak dimasukkan ke dalam batas sistem karena sulit diukur secara langsung.
Dampak Lingkungan Tiap Tahap
-
Ekstraksi Bahan Baku:
PET berasal dari turunan minyak bumi seperti etilena glikol dan terephthalic acid. Proses ekstraksi dan pemurnian menghasilkan emisi CO₂ yang tinggi serta berpotensi menyebabkan pencemaran air dan tanah akibat tumpahan minyak dan limbah kimia. -
Produksi:
Tahap ini membutuhkan energi panas dan listrik dalam jumlah besar untuk mencairkan dan mencetak plastik. Jika energi berasal dari sumber fosil, emisi gas rumah kaca meningkat signifikan. Selain itu, limbah sisa pencetakan seperti preform cacat dapat menjadi sumber polusi tambahan jika tidak didaur ulang internal. -
Distribusi:
Walau bobot botol relatif ringan, volumenya besar sehingga transportasi tidak efisien secara energi. Penggunaan bahan bakar fosil untuk truk distribusi menambah emisi karbon. -
Konsumsi:
Dampak langsung rendah, tetapi karena produk digunakan sekali lalu dibuang, volume limbah meningkat drastis. -
Pengelolaan Limbah:
Sebagian besar botol berakhir di TPA atau lingkungan terbuka. Plastik PET membutuhkan ratusan tahun untuk terurai dan berpotensi menjadi mikroplastik yang berbahaya bagi organisme laut dan kesehatan manusia. Daur ulang PET masih terbatas oleh keterpisahan limbah dan nilai ekonomi rendah.
Refleksi dan Peluang Desain Ulang
Untuk menurunkan dampak lingkungan, beberapa strategi dapat diterapkan:
-
Desain untuk Daur Ulang (Design for Recycling): Menggunakan 100% bahan daur ulang (rPET) atau bioplastik berbasis pati/PLA.
-
Model Refill dan Reuse: Mengganti sistem botol sekali pakai dengan wadah isi ulang di toko atau dispenser umum.
-
Efisiensi Logistik: Mengurangi jarak distribusi melalui produksi lokal atau bulk distribution.
-
Edukasi Konsumen: Mendorong perilaku 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Melalui pendekatan desain sirkular dan kolaborasi antara produsen, pemerintah, dan masyarakat, siklus hidup botol plastik dapat diubah dari sistem linear menjadi sistem yang lebih berkelanjutan.
3. Referensi
-
Modul Life Cycle Thinking (LCT) – Ekologi Industri, Program Studi Teknik Lingkungan
-
Ellen MacArthur Foundation (2021). Circular Economy and Plastics Report
-
National Geographic (2022). Plastic Bottles and Pollution Statistics
-
Coca-Cola Sustainability Report (2023). Toward 100% rPET Packaging
-
UNEP (2020). Single-use Plastics: A Roadmap for Sustainability
Jumat, 17 Oktober 2025
Tugas Terstruktur 4
Tugas Mandiri 07
Tugas Mandiri 07 Menonton dan Merangkum Video tentang LCIA & Interpretation Wisnu Prasetyo Aji (416241010010) A10
-
Abstrak Krisis lingkungan yang semakin mengancam keberlanjutan planet bumi menuntut transformasi fundamental dalam cara kita memproduksi b...
-
Pengamatan Sistem Industri 1. Elemen Teknologi yang terlibat dalam Pabrik Tekstil Dalam proses produksi tekstil, terdapat beberapa teknolo...
-
Nama : Wisnu Prasetyo Aji Nim : 41624010010 A10 1.Fragmentasi Literatur & Kebutuhan Kerangka Teoritis Penelitian menemukan bahwa meskip...



